Selasa, 23 Oktober 2018

Elida Djazman

Sosok Hebat dibalik Muhammad Djazman Oleh Wilis Hariani Pangestu [G000160180] whpangestu.blogspot.com Muhammad Djazman merupakan Rektor pertama Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 1981-1992 sosok Muhammad Djazman dikenal bukan hanya karena beliau merupakan rektor UMS yang pertm kali melainkan lebih dari itu, beliau juga sebagai pendiri Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Beliau juga http://benirouf.blogspot.com/2014/12/elida-djasman-angkatan-muda. adalah pendiri dan penggagas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Muhammad Djazman merupakan sosok hebat dibalik perjuangan Muhammadiyah dan merupakan seorang yang berjasa bagi UMS. Dibalik sosok Muhammad Djazman yang dikenal karena kecerdasannya ada seorang yang sangat berjasa yang dengan setia menemani serta memberi dukungan yang tidak lain adalah istri beliau Elida Djazman. Elida Djazman lahir di Medan, Sumatera Utara, 11 Juli 1940. Lahir dari pasangan HM Bustami Ibrahim dan Rohana yang juga aktivis Muhammadiyah. Elida mulai dari pendidikan, karier, hingga aktivitas organisasi dengan latar belakang muhammadiyah. Menikah dengan tokoh Muhammadiyah, yaitu almarhum Djazman Alkindi, yang merupakan salah satu pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Saat duduk di kelas 2 SPG Elida menjadi pengurus Nadhatul Aisyah, dangan jabatannya menjadi wakil ketua dalam organisasi Nadhatul Aisiyah. Elida terus aktif dalam organisasi hingga tahun 1966, kemudian pada tahun 1967 hingga 1975 Elida lebih aktif dalam organisasi PP NA . bukan hanya aktif di NA namun beliau juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan antara lain HMI dan IMM. KETERLIBATAN Elida dalam IMM karena organisai ini mampu bergerak dalam kegiatan dakwah dipedesaan. Keterlibatannya di IMM membuat beliau sampai mejadi Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM tahun 1964-1968      Aktivitas Elyda di PP NA membuatnya banyak mengenal para tokoh Aisyiyah, hingga Muktamar Aisyiyah ke-40 tahun 1978 Elida mulai masuk jajaran pengurus PP Aisyiyah sebagai bendahara kecil. Elida terpilih sebagai ketua PP Aisyiyah pada Muktamar ke-41 untuk periode 1985-1990. Elida kembali terpilih menjadi ketua PP pada Muktamar Aisyiyah ke-42 di Yogyakarta untuk periode 1990-1995 dan Muktamar ke-43 di Banda Aceh untuk periode 1995-2000. Pada tahun 2000 hingga saat ini beliau dipercaya sebagai penasehat PP Aisyiyah. Elida, yang juga mantan Ketua Umum Aisyiyah ini mendapatkan penghargaan UMM Award sebagai salah satu tokoh inspiratif Muhammadiyah. Berkat dedikasinya selama berjuang di Muhammadiyah dalam usia yang lebih dari 70 tahun, beliau masih semangat berjuang di Muhammadiyah. Meski tubuhnya sudah agak lemah tapi bicaranya tetap lantang dan bergelora, ketika saat itu memberikan sambutan testimoni setelah meraih pengahargaan tersebut. Kariernya sebagai guru di sekolah Muhammadiyah telah dimulai sebelum, sembari, hingga sesudah studinya di IKIP Muhammadiyah Solo. Pada 1958-1960, Elida mengajar di Sekolah Dasar Muhammadiyah Medan, lalu mengajar di Pendidikan Guru Agama (PGA) Aisyiyah Medan pada 1962-1963. Setelah meraih gelar Sarjana Muda, ia mengajar lagi di Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) Medan pada 1964-1966 sebagai guru negeri diperbantukan. Pada 1967, saat meneruskan kuliahnya di Solo, ia juga mengajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Aisyiyah hingga 1982. Setelah itu, pada 1982 hingga 2000, ia banyak menghabiskan waktunya sebagai guru di SPG Muhammadiyah Yogyakarta. Selain sebagai guru, ia juga pernah menjadi dosen selama enam tahun di Pondok Hajjah Nuriyah Shobron Surakarta pada 1985-1990.      Elida juga sangat aktif di organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, mulai dari IMM, Nasyiatul Aisyiyah (NA), hingga Aisyiyah. Selain itu, ia juga sempat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kemampuan organisasi Elida telah dimulai sejak ia kelas empat SD beliau aktif sebagai aktvis di NA. Bagi Elyda saat itu, aktivitas di NA sangat menyenangkan karena ia mendapat pelajaran keterampilan, menyanyi, mendongeng, masak memasak, menjahit, berpidato, hingga mengaji dan pembinaanakhlakul karimah. Di masa Djazman memimpin, para istri karyawan dan dosen mempunyai organisasi ISKI (Ikatan Silaturahmi Keluarga Istri). Oleh karena Elyda Djazman saat itu juga sebagai Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, maka ketua ISKI waktu itu dijabat oleh Chusniatun, yang merupakan istri dari pembantu Rektor I (Drs. Ahmad Syaichu, M.Sc). Keberadaan ISKI waktu itu dipandang memberi peran penting untuk mengakrabkan di antara istri dosen dan karyawan. Hal ini menjadi kenangan manis Elyda dan para istri-istri lainnya. Dukungan Elyda kepada suaminya Djazman Al-Kindi sangatlah besar. Meskipun mereka berdua berada di dalam kesibukkannya, tetapi Elyda Djazman selalu mampu menjadi ibu yang berperan baik di dalam rumah tangga. Pernah suatu ketika Elyda Djazman mengikuti Musywil ‘Asyiyah selama satu minggu,tetapi beliau tetap menyiapkanmenu makanan untuk suami dan anaknya. Sebuah gambaran nyata bahwa di balik laki-laki yang hebat dibelakangya juga ada perempuan yang hebat. ‹

Belajar #DirumahAja

Inovasi Pembelajar Selama #dirumahaja Para orang tua mungkin mengalami kesulitan untuk mengajari anaknya belajar selama pandemi corona ini...